Senin, 03 September 2007

Cinta Lelaki Mulia

Cinta Lelaki Mulia

eramuslim - Di Thaif, lelaki mulia itu terluka. Zaid bin Haritsah yang mendampinginya pun ikut berdarah ketika berusaha memberikan perlindungan. Penduduk negeri itu melemparinya dengan batu. Padahal, ajakannya adalah ajakan tauhid. Seruannya adalah seruan untuk mengesakan Allah. "Agar Allah diesakan dan tidak disekutukan dengan apapun." Namun, Bani Tsaqif malah memusuhinya. Pejabat negeri itu menghasut khalayak ramai untuk menyambutnya dengan cercaan dan timpukan batu.
Meski diperlakukan sedemikian kasar, Rasulullah tetap pemaaf. Kecintaannya kepada umat mengobati derita yang dialaminya. Beliau menolak tawaran Jibril yang siap mengazab penduduk Thaif dengan himpitan gunung. Sebaliknya, ia mendoakan kebaikan bagi kaum yang mencemoohnya itu, “Ya Allah, berilah kaumku hidayah, sebab mereka belum tahu.”
***
Di Bukit Uhud, pribadi pilihan itu kembali terluka. Wajah Rasulullah SAW terluka, gigi seri beliau patah, serta topi pelindung beliau hancur. Fatimah Az-Zahra, putri beliau, bersusah payah untuk menghentikan pendarahan tersebut. Dua pelindungnya terakhir, Ali ra dan Thalhah ra juga terluka parah.
Bukit Uhud menjadi saksi kekalahan pahit itu. Pasukan pemanah yang diperintahkan menjaga bukit, dijangkiti gila dunia. Silaunya harta rampasan menggerogoti keikhlasan mereka. Akibatnya, pasukan kaum muslimin porak-poranda dan Rasul pun terluka. Meski kembali disakiti, cinta lelaki mulia itu tetap bergema, “Ya Tuhanku! Berilah ampunan kepada kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.”
***
Thaif dan Uhud merupakan hari-hari terberat sang Nabi. Pengorbanannya bagi umat tiada berbanding. Iltizam terhadap dakwah mewarnai hari-hari Rasul akhir zaman itu. Kecemasannya pada nasib umat selalu mengemuka. Ia adalah Rasul yang penuh cinta kepada umatnya. Cinta itu berbalas, generasi sahabat (generasi pertama) adalah generasi yang juga sangat mencintainya. Cinta yang diperlihatkan Zaid bin Haritsah di Thaif ketika menjadi tameng bagi rasulnya. Cinta yang dibuktikan Abu Dujanah, Hamzah dan Mush'ab bin Umair di bukit Uhud. Tapi, adakah generasi terkini masih mencintainya? Apakah umatnya sekarang tetap menyimak sunnah yang diwariskannya?
Sejarah berbicara, semakin panjang umur generasi umatnya, semakin menjauh pula generasi itu dari risalahnya. Umatnya saat ini, cenderung mencemooh segelintir mukmin yang masih menghidupkan sunnah. Buku-buku sunnah mulai terpinggirkan. Kitab Bukhari-Muslim harus bersaing dengan textbook dan diktat yang lebih menjanjikan keahlian dan masa depan. Serial sirah nabawiyah hampir menghilang dari tumpukan handbook dan ensiklopedia yang biasanya menjadi asksesoris di ruang tamu keluarga muslim.
Aspek sunnah dalam ber-penampilan dan berpakaian, ramai dikritisi dengan alasan tidak praktis. Contoh dari Rasul dalam keseharian, pun semakin dihindari. Sunnah dianggap simbol yang sifatnya tentatif, bukan sebagai panduan kehidupan (minhaaj al-hayaah).
Apatah lagi aspek syar'i. Begitu banyak argumen yang dihembuskan sebagai 'pembenaran' untuk berkelit dan menghindari aspek syar'i dari sunnah. Wabah 'ingkar sunnah' ini mulai terjangkit dalam komunitas yang mengaku sebagai pengikutnya.
Keutamaan ber-shalawat kepada nabi pun nyaris terlupakan. Padahal Rasul berjanji untuk menghadiahkan syafaat bagi umatnya. “Setiap nabi memiliki doa yang selalu diucapkan. Aku ingin menyimpan doaku sebagai syafaat bagi umatku pada hari kiamat” (HR Muslim).
Jurang antara umat dengan warisan risalah Nabinya ini tentu merugikan. Kecemerlangan pribadi Rasul nyaris tak dikenali umatnya. Padahal, dalam pribadinya ada teladan yang sempurna. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al-Ahzab (33): 21).
Merujuk kepada sunnah yang diwariskan Rasulullah adalah ungkapan kecintaan kepadanya. Cinta pada Rasul yang lahir dari keimanan kepada Allah. “Katakanlah jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imran (3): 31).
Mencintai manusia mulia itu, berarti meneladani sirah nabawiyah sebagai panduan dalam mengarungi kehidupan. Kecintaan yang akan meluruskan langkah kita untuk ittibaa' (mengikuti) dan mewarisi komitmen untuk menyampaikan risalah kepada masyarakat.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “Seorang hamba tidak beriman sebelum aku lebih dicintainya dari keluarganya, hartanya dan semua orang.” (HR Muslim)
Omurazza-Delft, Rabiul Awwal, 1425 H

Derita 7400 Tawanan Palestina dalam Penjara Zionis

Derita 7400 Tawanan Palestina dalam Penjara Zionis

Data terakhir yang dikeluarkan deparemen urusan tawanan Palestina mengungkapkan bahwa jumlah tawanan Palestina yang berada di penjara-penjara Israel mencapai 7400 orang hingga akhir akhir Juni lalu. 470 di antaranya anak-anak dan 100 lainnya wanita
Berdasarkan data ini, 88,6% dari tawanan yang ada berasal dan Tepi Barat dan 9.9% berasal dari Jalur Gaza, selebihnya berasal dari wilayah Palestina "48 (wilayah yang diduduki Israel sejak tahun 1948).
Laporan ini menjelaskan bahwa jumlah tawanan yang masuk dalam dokumennya mencapai 6066 tawanan, 5371 di antaranya berasal dari Tepi Barat dan 602 dari Jalur Gaza kemudian 93 tawanan berasal dari Palestina "48.
Mengenai kondisi para tawanan, laporan ini mengisyaratkan bahwa 145 tawanan menderita sakit tulang rawan, sebagian menderita sakit jantung, persendiran dan lemah pandangan. Kemudian 828 tawanan menderita sakit kronis. Di antara para tawanan ada yang dicokok setelah terluka tembak dan tidak diberikan pengobatan yang semestinya sampai saat ini. Bahkan di antara tawanan ada yang menderita lumpuh separuh.
Laporan ini menegaskan bahwa cara-cara penyiksaan dan penganiayaan masih terus berlangsung terhadap para tawanan di penjara-penjara zionis Israel. Dari tawanan yang ada, 98% di antaranya mengalami penyiksaan dan penganiayaan saat terjadi penangkapan dan interogasi, 87% ditempatkan dalam kamar yang sangat dingin, 87% tawanan diikat gantung tangannya, 88% sering dipaksa berdiri sangat lama dan 92% dilarang tidur.
Laporan departeman urusan tawanan Palestina ini menyebutkan, lebih dari 2 ribu anak Palestina telah ditawan sejak awal itifadhah al Aqsha sekarang ini. Di antara mereka masih tersisa sebanyak 470 anak berada di dalam penjara-penjara Israel, yaitu sebanyak 6% dari seluruh jumlah tawanan yang ada. Dari tawanan anak-anak yang ada, 22 anak ditahan secara administratif, 286 anak sedang menunggu pengadilan. Di tawanan anak ini ada 31 anak menderita sakit dan tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya, kemudian 131 anak diputus dengan hukuman yang beragam.
Menurut data dari laporan ini, ada 100 tawanan wanita yang mendekam dalam penjara Israel dari 250 orang yang telah ditangkap pihak penjajah zionis Israel. Di antara mereka ada 28 yang sudah divonis hukuman, 69 ditahan secara administrtif dan 3 tawanan ditangkap sebelum meletus intifadhah al Aqsha. Di antara tawanan ada sekitar 18 ibu-ibu yang meninggalkan 75 anak.
Laporan ini juga mengungkapkan bahwa tawanan yang ditangkap sejak sebelum perjanjian Oslo (tahun 1993) jumlahnya mencapai 753 orang, 537 di antaranya berasal dari Tepi Barat, 199 tawanan berasal dari Jalur Gaza dan 24 lainnya berasal dari Palestina '48.
Menurut catatan laporan ini, sebanyak 166 tawanan gugur di dalam penjara Israel. Di antaranya ada 31 tawanan gugur kerena tidak mendapatkan pelayanan medis yang dibutuhkan, 68 tawanan gugur akibat penyiksaan dan penganiayaan yang dilakukan oleh penjaga penjara terhadap mereka dan 67 dieksekusi diluar proses hukum.
Menganai lama para tawanan mendekam di dalam penjara-penjara Israel ini, laporan ini mengungkapkan bahwa ada 6 orang tawanan yang sudah mendekam di dalam penjara Israel selama 25 tahun, 11 tawanan mendekam di penjata lebih dari 20 tahun dan 297 tawanan sudah mendekam di dalam penjara lebih dari 10 tahun.
Sedang mengenai jenis hukuman, menurut laporan ini ada sekitar 1135 tawanan mendekam di penjata karena di tahan secara administratif, ada 1873 tawanan divonis hukuman penjara, 3058 tawanan berhenti proses hukumnya dan sedang dalam penyelidikan dan interogasi. Pada saat yang sama ada sekitar 393 tawanan divonis hukuman seumur hidup, sebanyak 309 tawanan divonis hukuman penjara antara 15 sampai 50 tahun dan 142 tawanan divonis hukuman penjara 10 sampai 15 tahun. (seto)

4 Teori Israel Menghancurkan al-Aqsha


4 Teori Israel Menghancurkan al-Aqsha





Nawwafal-Zuru pakar Zionisme dan kepala lembaga informatika dan intelektual dan ketua lembaga tempat-tempat suci Fasilitas penghancur Zionis Yahudi tidak berhenti pada niat dan rencana, bahkan mereka menciptakan beragam teori yang bermuara pada satu titik; menghapus tempat-tempat suci Islam dan membangun haikal. Baru-baru ini terbit buku di Israel dengan judul “Mimpi-mimpi di alam sadar”. Penulisnya mengagas empat teori untuk mengapus masjid al-Aqsha dan membangun haikal ketiga menggantikan tempat masjid yang merupakan kiblat pertama umat Islam ini.
Teori pertama; penulis mengajak membangun sepuluh tiang sesuai dengan jumlah nasehat yang berada di dekat Tembok Barat di masjid al-Aqsha. Tinggi masing-masing tiang harus sejajar dengan halaman masjid sekarang. Di atas tiang ini mereka akan membangun “haikal ketiga”. Bangunan ini dihubungkan dengan sebuah tiang suci yang ada sekarang – seperti keyakinan mereka – di Qubbah Shakhra.
Teori kedua; membangun haikal ketiga dekat Tembok Barat (Barraq) sebalah barat masjid al-Aqsha dalam bentuk tiang. Bangunan haikal ini menjadi lebih tinggi dari masjid al-Aqsha dan terhubung lansung dengan halaman masjid dari dalam.
Teori ketiga; teori “Tranfer bangunan” maksudnya, menggali bagian sekeliling masjid Qubbah Shakhra dengan kedalam sedemikian hingga dan memindahkan bangunan masjid ke luar al-Quds, kemudian didirikan haikal disana.
Teori keempat; membangun haikal di reruntuhan masjid al-Aqsha setelah dihancurkan. Berangkat dari tujuan mengahapus masjid al-Aqsha dan membangun haikal, di kota al-Quds gerakan dan aktifitas baik rahasia atau terang-terangan mereka berusaha menerapkan empat teori ini.
Dalam laporan soal aktifitas kelompok Yahudi garis keras, mereka meningkatkan frekwensi aktifitasnya mendirikan haikal di wilayah masjid al-Aqsha yang mulia. Unjuk rasa yang mereka lakukan atas nama “Dewan pendiri jabal haikal” bukan satu-satunya aktifitas mereka dalam hal ini. (Harian al-Quds 11/09/1999) Dalam laporan berikutnya, di jajaran penentu kebijakan dan keputusan di Israel dibicarakan secara hangat prakarsa Dr. Yavreh Zeberman dari lembaga Pusat al-Quds untuk Studi Israel. Yaitu; prakarsa pembangunan tempat Yahudi di daerah galian di tembok selatan masjid al-Aqsha di antas tiang-tiang tanpa menimbulkan kerusakan pada tempat-tempat peninggalan yang terdapat di tembok Barat. Bangunan ini akan sejajar dengan masjid tanpa berdempetan dengan tembok selatan. Prakarsa ini juga mencakup pembangunan pusat keagamaan bagi semua aliran dan sekte Yahudi. Juga mencakup pemisahan tempat-tempat shalat antara atap bagian atas al-Aqsha dan atas bagian bawah namun untuk mencapai penggunaan tempat-tempat ini dilakukan melalui perundingan. Sumber-sumber Israel mengungkap, kelompok-kelompok garis keras Yahudi yang berupaya membangun haikal di tempat masjid al-Aqsha dalam sebulan telah menyiapkan obor emas seperti obor emas yang digunakan dalam era haikal kedua. Pembuatan obor emas ini menghabiskan sekitar 42 kg emas murni. Biaya pembuatan menelan sekitar 5 juta Syekal sumbangan dari seorang pebisnis Yahudi Ukraina, Vadem Robinufities.
Harian Kuul Hair bahwa Lembaga Kajian Haikal Israel adalah lembaga kajian yang didirikan oleh kelompok Yahudi garis keras terutama Dewan Pendirian Jabal Haikal yang membuat fasilitas lain untuk digunakan dalam haikal tersebut termasuk tempat penyembelihan dari bahan emas dan meja. Lembaga Kajian Haikal yang berada di Baldah (kota setingkat kecamatan) Lama di al-Quds berdasarkan keyakinan Yahudi, sudah ada sample (dami) obor plastik. Dua tahun lalu, para pemimpin lembaga kajian ini mengunjungi milyoner Yahudi dari Ukraina untuk mendanai pembelian emas yang akan digunakan sebagai pelapis obor dami. Harian yang diatas menyebutkan bahwa kelompok ekstrim Yahudi meneruskan penyiapan sarana-sarana yang digunakan untuk mewujudkan pembangunan haikal. (harian Hair Israel 02/10/1999). Sumber-sumber investigasi menyatakan, sejumlah kelompok garis keras Yahudi belakangan ini menyetujui ditingkatkan dan diintensitaskan upayanya untuk mengembalikan Haikal Suci milik Yahudi di al-Quds.
Harian Hartezl edisi 01/03/2003 bahwa gerakan kanan ekstrim mengintensitaskan upaya penguasaan Yahudi terhadap masjid al-Aqsha. Di antaranya dengan cara membuka badan pengumpulan dana khusus dengan sebutan “utsar hamkadas” (kotak dana haikal suci). Badan secara resmi dibentuk sebagai lembaga wakaf Yahudi dan tercatat di departemen kehakiman Israel. Tujuannya adalah menggalang dan mengumpulkan sumbangan dana untuk membangun haikal suci ketiga, mendanai semua aktifitas untuk membangun haikal. Salah satu kelompok Yahudi ektrim yang turut terlibat adalah Profesor kanan ekstrim Hailal Fais tinggal di permukiman Wad Qana utara Salvit, Lembaga Kajian Haikal Suci, gerakan “hidup dan abadi” gerakan “ini tanah kami” gerakan “perempuan untuk Bet al-Quds” gerakan “Jabal Hamer”. Belakangan Karmi Gailon mantan kepala keamanan rahasia Israel “Shinbet” menyatakan bahwa usai penarikan terakhir pasukan Israel dari gurun Saina tahun 1982 peledakan Qubah Shakhra dan masjid al-Aqsha oleh kelompok garis keras Yahudi sudah siap dilakukan.
Namun salah satu perancang peledakan tersebut ragu pada tahapan terakhir. Gailon menegaskan bahwa orang merencakan jumlahnya tiga orang yang kental ideologinya mereka adalah Dani Barie, Yushak ben Syusyan, Yahuda Atsiun dan satu orang lagi yang dipanggil Munahim Liveni, pembantu di militer Israel bagian persenjtaan. Kelompok ini berhasil pada masa itu mengkader 21 orang dan mengumpulkan informasi dan melakukan keliling lokasi di masjid al-Aqsha. Salah satu dari mereka bersembunyi di sebuah jalan dengan mengenakan kostum paranormal yang mengaku dukun dari Peracis yang melakukan penelitian di masjid al-Aqsha. Ia mengaku ingin melakukan studi mengukur jarak antara tiang-tiang yang menyangga Qubah Shakhra. Para penjaga masjid kemudian membantunya tugasnya. Selama dua tahun Liveni mengembankan alat khusus untuk menghancurkan tiang-tiang penyangga Qubah. Ia kemudian menyimpulkan, harus menggunakan bahan peledak berkekuatan tinggi. Sayangnya bahan peledak ini tidak ditemukan Liveni kecuali di kesatuan persenjataan milik militer Israel dan jumlahnya dibawah pengawasan. Ia kemudian menggunakan solusi “Naga Bergetar” atau roket panjang dan ekornya memuar bahan peledak pilihan dalam jumlah besar. Menjelang tahap akhir pelaksaan peledakan Liveni yang merupakan pemeran kunci ragu. Ini terhadi sekitar 1982. Pada tahun 1984 polisi Israel menangkap sisa anggota kelompok ini yang sedang menunggu kesemapatan untuk melakukan rencana peledakan. bersambung (ATB)